Agustus 28, 2008

PUJIAN HANYA UNTUK AL HAMID

Al-Miqdad meriwayatkan sebuah hadits, Rasulallah SAW bersabda, "Taburilah wajah orang-orang yang suka memuji dengan debu."

Hadits itu menyindir orang-orang yang kerap bersikap berlebihan di depan orang lain. Entah atasan, teman yang derajat dan status sosialnya lebih tinggi, atau sosok yang tengah dibutuhkan bantuannya. Konteks pujian terhadap atasan (baca: menjilat) sudah pasti dibidik sabda Rasulallah SAW itu.

Imam Al-Ghazali dalam "Makatib Al-Ghazali" mengeluhkan keadaan yang menyedihkan pada masa pemerintahan Perdana meteri Hasan bin Nizam Al-Muluk Al-Thusi. Yakni, suatu keadaan di mana penderitaan dan jeritan warga miskin tidak lagi didengar. Para penguasa lebih asyik mengutak-atik matematika politik, berpikir hari ini kedudukan dan kekuasaan apa yang bisa diraih. Orang-orang tak berpunya mencurahkan segala daya justru untuk membiayai para pejabat negara. Sementara segala fasilitas yang hakikatnya bersumber dari rakyat begitu mudah diselewengkan.

Al-Ghazali mempertanyakan: akan pernahkan ada kedamaian di atas bumi, selagi orang-orang miskin bekerja untuk memberi makan orang-orang yang kuat dan menyumpal perut para tiran? Akan pernahkah kedamaian datang menyelamatkan mereka dari cengkeraman kelaparan?

Sejarah telah memberi pelajaran kepada kita akibat buruk yang mendera, manakala manusia memuji-muji penguasa secara salah.

Cerita Imam Al-Ghazali makin mempertajam pandangan kita pada dampak pujian-pujian yang diberikan secara berlebihan kepada orang (atasan). Karena, ada pamrih yang harus dibayar. Ada social-cost yang harus dibebankan. Pada akhirnya, orang-orang kecil, rakyat jelata atau bawahan, menjadi korban pertama.

Lebih jauh, sadarilah dan resapi makna di balik hadits dan surat Al-Ghazali tadi. Bahwasannya, pujian hanyalah untuk Allah SWT. Karena, Ialah sebab-akibat kehidupan ini. Tidak ada kekuatan atau kekuasaan selainNya. Atasan atau manusia hanyalah perantara. Tapi, keputusan tetap ada di tangan Yang Mahamengatur. Perlakukan manusia sebagai manusia. Jangan dituhankan. Karena, arahnya adalah kesyirikan. Ingatlah, Ia tidak suka diduakan. Maka, pujilah namaNya dan kebesaranNya.[]

Tidak ada komentar: