Juli 22, 2008

SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI: SYIRIK

“Anakku, engkau belum apa-apa. Islammu belum sah. Engkau mengucapkan ‘Tiada Tuhan selain Allah’ tetapi mendustakannya; Dalam hatimu masih terdapat sejumlah tuhan: rasa takutku kepada penguasa dan pemimpinmu berarti mempertuhankan mereka, kebersandaranmu pada usaha, kekuatan, dan kekuasaanmu berarti mempertuhankan itu semua, sikap riyamu untuk menarik manfaat dan menolak mudarat serta mengharap pemberian dan penolakan makhluk, berarti mempertuhankan mereka.

Bagaimana mungkin engkau mengatakan ‘Tiada Tuhan selain Allah’, sementara di hatimu terdapat banyak tuhan. Intinya, segala sesuatu selain Allah yang menjadi sandaran dan perlindunganmu adalah berhalamu. Tauhid hanya pada ucapan tidak akan berarti apa-apa, jika disertai dengan syirik dalam hati.

Tinggalkanlah kemusyrikan! Bertauhidlah kepada Allah! Dialah Pencipta segala sesuatu. Tidaklah berakal peminta segala sesuatu kepada selainNya.”

Lebih jauh, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani membagi syirik menjadi dua; syirik lahir (dhahir) dan syirik batin (khofi). Syirik lahir ialah menyembah berhala – animisme dan sinkretisme. Sedangkan syirik batin ialah bergantung pada makhluk serta riya dalam kebaikan dan keburukan.[]

(Syakh Abdul Qadir Al-Jailani, “The Wisdom of Abdul Qadir Al-Jailani”, Penerbit Serambi, 2008).

Tidak ada komentar: