Juni 14, 2008

SYEKH ABDUL QADIR Al-JAILANI: TOBAT

Semua maqam pada hakikatnya dicapai melalui tobat. Tobat yang sungguh-sungguh dan ikhlas merupakan langkah pertama di jalan ruhani. Orang yang bertobat seraya menyadari kesalahannya dan penyebabnya adalah seperti orang yang mencabut rumput itu hingga ke akar-akarnya. Dan, salah satu tanda diterimanya tobat adalah ketika seseorang tidak lagi melakukan dosa yang sama sepanjang hidupnya.

“Ketika orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada rasulNya, dan kepada orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa (tobat). Dan mereka berhak atas kalimat takwa itu, dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Al-Fath [48]: 26)

Maqam takwa memiliki makna yang sama dengan la ilaha illallah: tak ada tuhan, tak ada sesuatu pun – selain Allah. Sebab, orang yang mengetahui hal ini akan takut kehilangan Dia, kehilangan rahmat, cinta, dan kasih sayang-Nya; ia takut dan malu melakukan maksiat dan takut akan azabNya.

Cinta Ilahi takkan hidup memenuhi hati kita kecuali jika sang musuh, yakni nafsu, telah binasa dan meninggalkanmu. Untuk melawan nafsu, perangilah lebih dahulu nafsu hewani – sifat rakus, tidur yang berlebihan, kelalaian – dan perangilah sifat hewan buas dalam diri: sifat buruk, amarah, keras, dan kejam. Lalu, jauhkanlah diri dan kebiasaan jahat hawa nafsu: bersifat angkuh, sombong, iri, dendam, tamak, dan semua penyakit lahir dan batin. Dengan menempuh langkah-langkah itu berarti telah melakukan pertobatan yang sebenarnya dan menyucikan hati kita.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertobat dan menyukai orang yang menyucikan diri”. (Al-Baqarah [2]: 222)

Tobat terbagi dua:

- tobat orang awam, yang berharap meninggalkan kejahatan menuju ketaatan dengan cara mengingat Allah serta berusaha keras meninggalkan hawa nafsu dan menaklukkan hasrat,

- tobat orang mukmin yang ikhlas, hamba sejati Allah yang telah mencapai maqam makrifat, dan telah mencapai kedekatan kepada Allah.

“Ada hamba sejati Allah yang jasad mereka di sini namun hati mereka berada tepat di bawah Arasy Allah”. (Hadits)

Hati mereka berada di langit kesembilan, di bawah Arasy. Itulah tingkatan terbaik yang dapat dicapai seorang hamba, karena di dunia yang hina ini mustahil seseorang dapat melihat DzatNya.

(“Sirr Al-Asrar Fi Ma Yahtaju Ilayhi Al-Abrar – Rahasia Hakikat yang Dibutuhkan Para Pencari Kebaikan”, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

Tidak ada komentar: