Juni 14, 2008

SYEKH ABDUL QADIR Al-JAILANI: ZIKIR

Cara membebaskan dan menyucikan hati adalah mengingat Allah. Pada awalnya, zikir dilakukan secara lisan dengan menyebut namaNya berulang-ulang, melafalkannya dengan keras sehingga kita dan orang lain mendengar dan mengingat-Nya. Ketika ingatan kepadaNya telah mantap, zikir berlangsung dalam hati dan menjadi bagiab batin; yang tertinggal hanya keheningan.

“Berzikirlah (menyebut) Allah sebagaimana ditunjukkanNya kepadamu….”. (Al-Baqarah [2]: 198)

Zikir kepada Allah akan membawa kita kepada tingkat kesadaran dan keimanan tertentu dan bahwa kita hanya dapat berzikir sesuai dengan kemampuan kita. Rasulallah saw bersabda, “Kalimat terbaik adalah kalimat yang kubaca dan dibaca oleh para nabi sebelumku, Itulah kalimat La ilaha illallah.”

Tingkatan zikir:

- zikir lisan, menunjukkan bahwa hati tidak melupakan Allah,

- zikir batin, merupakan gerak perasaan,

- zikir hati, melibatkan perasaan dan kesadaran akan adanya kekuatan dan keindahan Allah dalam dirinya,

- zikir jiwa, bersinarnya cahaya Ilahi yang bersumber dari kekuatan dan keindahan Allah,

- zikir alam hakikat, kenikmatan ruhani yang bersumber dari pengungkapan hakikat Ilahi,

- zikir alam rahasia, akan membawa seseorang kepada tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Mahakuasa (Al-Qamar [54]: 55),

- zikir tingkatan terakhir, disebut khafi al-khahfa – rahasia yang paling sunyi – akan mengantarkan seseorang kepada keadaan fana dan kebersatuan dengan hakikat.

Jiwa ini adalah anak hakikat. Ia berada dalam diri orang yang mencari, menemukan, dan berada bersama Tuhan. Apa pun yang kita lakukan, diri jasmani ini harus mengikuti jalan yang lurus, yaitu dengan cara memelihara dan mengikuti ajaran agama; ia harus terus-menerus ingat dan berzikir menyebut nama Allah. secara lahir maupun batin. Zikir wajib hukumnya bagi orang yang melihat hakikat.

“Ingatlah (dengan menyebut nama) Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan terbaring”. (An-Nisa’ [4]: 103)

“… (yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan terbaring dan mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau…”. (Al-‘Imran [3]: 191)

Salah satu syarat zikir adalah wudu: kesucian dan kebersihan badan maupun jiwa. Rasulallah saw bersabda, “Orang yang beriman tidaklah mati. Mereka hanya melewati kehidupan yang fana menuju kehidupan yang kekal.” Selain itu, Para nabi dan orang yang dekat kepada Allah tetap beribadah di kubur mereka, seperti di rumah mereka saat di dunia.”

Ibadah yang dimaksudkan di atas adalah shalat batin kepada Allah, bukan shalat seperti yang dilakukan di dunia, yang meliputi gerakan berdiri, ruku, sujud, dan sebagainya. Shalat batin merupakan salah satu kualitas penting yang menjadi cirri mukmin sejati. Ilmu tersebut tidak dapat diupayakan, tetapi diberikan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendakiNya.

(“Sirr Al-Asrar Fi Ma Yahtaju Ilayhi Al-Abrar – Rahasia Hakikat yang Dibutuhkan Para Pencari Kebaikan”, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

Tidak ada komentar: